Perempuan Unik

Cerita Lain Aku dan Kamu

Diberdayakan oleh Blogger.

Aster in Your Heart (1)

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

****

Cerita sebelumnya: Aster in Your Heart


***

Pameran buku selalu ramai dan menjadi daya tarik tersendiri apa lagi jika yang mengadakan pameran adalah penerbit-penerbit terkenal. Setelah pulang dari toko kue, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran buku yang kebetulan sedang singgah di pusat kota.

Aku suka buku terutama novel roman. Sering kali kalau toko sepi, kusempatkan diri untuk menghabiskan novel-novel yang kubeli. Membaca dan menulis, aku suka keduanya. Tapi untuk menulis, aku masih belum terlalu bisa. Yah, menulis harus banyak latihan supaya bisa lebih baik dan tulisan juga akan bernyawa.

Kupilih beberapa buku, novel-novel remaja dan juga metropop. Kalau boleh jujur, setiap kali melihat buku rasanya aku ingin memiliki semuanya. Aku ingin punya perpustakaan pribadi untuk keluargaku nanti. Pertanyaannya, apa suamiku nanti juga suka membaca?

“Ini Mas.” kuulurkan buku-bukuku ke kasir. 

Bersamaan denganku, seorang laki-laki juga melakukan hal sama sepertiku.

“Perempuan dulu.” katanya.

“Terima kasih.”

Setelah membayar, aku masih berdiri di belakang lelaki itu. Dia berbadan tinggi, masih terlihat rapi. Sepertinya dia baru saja pulang kerja karena masih menjinjing tas di tangan kirinya. Beberapa menit transaksi, dia berbalik dan melihatku.

“Ada apa?”

“Eng… nggak ada.” jawabku kikuk.

Aku berjalan lalu dia menyamai jalanku.

“Suka baca?” tanyaku.

“Iya, buku bisnis, IPTEK. Kamu?”

“Novel.”

Dia tertawa.

“Dasar wanita!” katanya.

“Anda nggak suka novel?”

“Nggak terlalu. Sastra lama lumayan juga.”

“Ziarah, Kunang-kunang di Manhattan.”

“Pagar Kawat Berduri, dari Avemaria ke Jalan Lain ke Roma.”

“Ah! Saya sudah baca itu.”

“Saya juga. Lupus.”

“Saya suka Poppy.”

“Cantikan si Hepi. Harusnya Lupus Sama Hepi.”

“Hei, Anda mengubah cerita!”

Dia tertawa, aku juga. Kami masih saling berdebat tentang Lupus dan cintanya. Lalu beralih ke sastra lama. Di ujung parkiran kami berhenti.


“Aldo.” 

Dia mengulurkan tangan dan aku menyambutnya.

“Fara. Senang bisa ngobrol sama kamu.”

“Saya juga.”

6 komentar

lianny hendrawati mengatakan...

Wuah, asyik nih baca fiksi. Terus bersambung ya? :D

Enny Law mengatakan...

wah suka bikin fiksi nih ya, hihi

Masirwin mengatakan...

Kisahnya sama seperti saya ketemu doi hahahaha

Perempuan Unik mengatakan...

Iya bersambung

Perempuan Unik mengatakan...

Iyaaa

Perempuan Unik mengatakan...

Wah, ternyata ada kisah betulan