Perempuan Unik

Cerita Lain Aku dan Kamu

Diberdayakan oleh Blogger.

Cutat

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Ada yang tahu arti cutat?

Cutat dalam bahasa sunda artinya mengutip, bisa juga maksudnya mencatut. Tapi saya ini bukan orang sunda, tapi Jawa Tengah. Cutat di kampung saya berarti suntik, lebih tepatnya suntik imunisasi untuk anak SD.


Tahun ini pada bulan Agustus dan September di Jawa ada suntik campak dan rubella gratis untuk anak 9 bulan sampai 15 tahun. Semua keponakan saya dapat suntik tanpa rasa takut bahkan histeris. Alhamdulillah banget deh!


Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramixovirus. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit. (Wikipedia)


Suntik vaksin ini halal, aman dan sangat disarankan demi ikhtiar kesehatan. Kalau ada masalah lain setelah penyuntikan vaksin, bisa jadi karena alergi tubuh atau penyakit lain. Mungkin selain suntik, dokter yang bertugas juga mengecek kesehatan lain guna mengetahui penyakit bawaan anak yang mungkin ada.

Bicara tentang penyuntikan vaksin atau saya menyebutnya cutat, pernah dulu waktu SD Kakak kelas saya sering menakut-nakuti soal suntik menyuntik. Katanya saat cutat itu suntiknya besar dan enggak cuma nusuk jarum tapi mencongkel juga. Saya dan teman-teman sudah merasakan kengeriannya apalagi rata-rata lengan orang jaman dulu memang ada bekasan cukup besar dan panjang. Jadi tiap kali ada orang asing (bukan guru sekolah) kami deg-dengan setengah mati.

Dan hari itu tiba. Saya ingatnya di kelas 1 SD petugas medis datang ke kelas. Ketika mereka mengeluarkan suntik, alamak! Bagaimana itu rasanya?!

Saya lupa apakah orangtua kami saat itu diberikan pemberitahuan atau tidak. Pokoknya tak ada orangtua yang menemani, hanya wali kelas saja. Ketika saya disuntik rasanya ya gitu, kaya digigit semut. Beberapa teman saya ada yang menangis keras. Tak ada yang tertawa atau mengejek karena sibuk dengan hasil suntikan masing-masing. Yang jelas pesan dokternya, jangan lari-lari. Itu saja.

Sekarang ketika saya sudah dewasa, tak ada tuh bekas dari cutat ini. Saya enggak tahu kenapa dan apakah vaksin yang disuntik dulu berhasil atau tidak. Saya sehat wal afiyat sih. Tapi yang pasti sih saya tak ingin menakut-nakuti keponakan saya dengan cutat ini. Saya tidak mau dia histeris saat cutat. Jadi saya pesan beberapa hal:


  • Jangan takut saat disuntik. Kita bisa coba main suntik-suntikan.
  • Boleh nangis tapi enggak boleh takut.


Beruntungnya dia mengerti dan santai saat saya pura-pura nyuntik. Dan pas banget deh ada tayangan Upin Ipin yang menceritakan tentang bahaya campak dan keutamaan vaksin. Asli saya kapok dan enggak mau lagi sok nakuti anak-anak dengan sesuatu yang sebenarnya enggak bahaya. Pengalaman ketakutan akan cutat biar jadi derita saya saja.

Di daerah kalian kalau suntik vaksin disebut apa? Bagaimana dengan anak-anak kalian? Mari cerita!

1 komentar

sari widiarti mengatakan...

dulu saat suntik cacar agak takut sih, tapi suwer deh akunya nggak nangis :D