Perempuan Unik

Cerita Lain Aku dan Kamu

Diberdayakan oleh Blogger.

Sidang Isbat 1 Ramadan 1444 H

Ramadan sudah berjalan di hari ketiga. Ada sedikit hal lucu jika mengingat Sidang Isbat 1 Ramadan 1444 H lalu. Apa itu?


    Jadi, beberapa waktu yang lalu saya salah mengira hari untuk pelaksanaan Sidang Isbat. Padahal ini selalu ada tiap tahun. Entah mengapa saya mendadak lupa kapan waktunya. Saya kira, sidang dilaksanakan di hari Selasa malam. Saya bersiap nonton TV, buka timeline sosial media juga. Eh ternyata hari Rabu penentuannya.


sidang isbat 1 ramadan 1444 h


    Di Indonesia, penentuan 1 Ramadan itu menggunakan 3 metode. Ada Ru'yahtul Hilal, Hisab, dan Menyempurnakan Sya'ban. Tidak asing kan dengan hal ini. Atau ada yang belum tahu? Yuk kita cari tahu!


Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut ~QS. Al Baqarah 185


    Kita tentu tahu jika Islam itu banyak golongannya dan berbeda juga mazhab yang dianut. Masing-masing punya cara sendiri untuk menentukan sesuatu misalnya soal Ramadan. Karena hal ini, maka memungkinkan jika ada yang melaksanakan puasa lebih awal atau mayoritas mengikuti Pemerintah.


    Muhammadiyah selalu menggunakan Metode Hisab untuk menentukan awal Ramadan. Dengan perhitungan pasti, mereka tidak perlu melihat penampakan bulan, tanda untuk penanggalan Hijriyah. Saya tidak tahu rumusnya, tapi mungkin metodenya seperti pembuatan pada Kalender Hijriyah.


    Berbeda dengan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama menggunakan Metode Ru'yahtul Hilal atau melihat penampakan bulan secara langsung. Biasanya Pemerintah menyiapkan beberapa titik untuk pengamatan. Ini bertujuan agar jika di satu tempat tidak terlihat entah karena cuaca, maka di tempat lain mungkin bisa.


    Jika tidak menggunakan Metode Hisab atau Metode Ru'yahtul Hilal, menyempurnakan Bulan Sya'ban bisa jadi solusi. Untuk bulan Hijriyah, biasanya tanggal 29 atau 30. Karena segala perbedaan ini, maka ada namanya Imkanur Rukyat. Ini merupakan jembatan dari metode-metode ini.


Mungkin enggak sih kalau penetapan di tiap negara untuk 1 Ramadan akan berbeda?


    Di Indonesia saja ada yang beda, apalagi di tiap negara? Ya sangat mungkin mengingat perbedaan waktu siang malam dan tempat juga. Lalu apa solusinya?


    Well karena ilmu saya juga baru sedikit, saya kembalikan ke Pemerintah, apalagi Indonesia kan mayoritas muslim. Tinggal kesepakatan ulama bagaimana. Saya pribadi sih tinggal ikut. Paling aman tuh jadi ma'mum saja.


    Kalian sendiri ikut metode yang mana untuk penentuan Ramadan? Jangan terlalu ambil pusing jika ada perbedaan karena itu hal yang sangat wajar. Yang penting, mari beribadah sesuai dengan apa yang kita yakini. Bukan begitu?

Tidak ada komentar