Perempuan Unik

Cerita Lain Aku dan Kamu

Diberdayakan oleh Blogger.

Perang: Belajar di Rumah Saat Ada Corona

Bismillaahirrahmaanirrahiim....

Sejak diumumkannya Covid-19 di Indonesia, apa saja yang kini berubah?

Setelah kemarin membahasa Apa itu Covid-19, kini kita beralih ke pengaruh Covid-19 terhadap kehidupan sehari-hari. Ada beberapa hal yang memang berubah, tapi hanya sebagian kecil yang saya rasakan. Saya tidak tahu bagaimana dengan orang dan keluarga lain. Pasti semua tidak mudah.


Soal pekerjaan, karena saya memutuskan untuk jadi freelance beberapa tahun lalu, saya tidak merasakan apa itu dirumahkan. Pekerjaan saya juga rata-rata remote, dikerjakan di rumah atau di mana saja asal ada internet. Pengeluaran untuk kuota, jelas bertambah. Itu saja. Alhamdulillah cukup dan kami bisa bertahan.

Yang paling terasa adalah soal adanya belajar di rumah. Saya belum punya anak. Tapi ada Keponakan yang saya pantau belajarnya. Awal adanya belajar di rumah, dia marah-marah karena ingin sekolah. Lama kelamaan, dia mulai santai karena bisa bermain.

Sebuah ekspektasi
Freepik

Saya bertanya soal tugas online ada apa tidak. Ternyata semua orangtua tidak tahu nomor gurunya. Jadilah di awal-awal saya dan Ibunya Keponakan hanya minta dia belajar dari lembar kerja sekolah.

Ketika masa belajar di rumah mulai ditambah, dari Kemendikbud menyarankan untuk belajar lewat program yang ditayangkan di TVRI. Saya sempat menulis hari pertama dengan pelajaran dari Sahabat Pelangi: Ayo Memancing. Hari berikutnya ada pelajaran Matematika bersama Pak Ridwan.

Keponakan saya mulai sering ngambek karena belajar ini. Jika diajak melakukan pencarian di internet, dia malah main atau cari info kartun. Belum lagi alasan lelah dan lainnya. Dia bosan, dan saya pun mulai stres sendiri karena harus mengerjakan pekerjaan juga. Pada akhirnya, Perang: Belajar di Rumah Saat Ada Corona begitu saya mengibaratkannya.

Freepik

Saat tiba waktu belajar menjadi sebuah Medan Perang. Antara mereka yang mulai lelah dengan keadaan dan ingin sekolah dan saya sendiri yang mungkin kurang kesabaran dalam mengajar. Pada akhirnya, kami harus sama-sama kompromi agar tetap sehat dan waras.

Iya, Keponakan saya belajar sekadarnya. Kemarin juga ada buku pelatihan baru dari sekolah. Meski jauh dari ekspektasi, tak apa asal semua bahagia. Tak boleh ada emosi. Mari tetap bersabar. Dan semoga masa pandemi ini segera pergi dan kita bisa beraktivitas normal kembali.

Tidak ada komentar