Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Nasi telah jadi bubur. Menyesal pun sudah tak ada gunanya
Kata orang, SMA itu saatnya mencari jadi diri. SMA adalah saat di mana kita nakal-nakalnya. Ya, sedikit banyak saya merasakan itu. Ada kalanya senang, sedih, termasuk sebuah sesal yang tak dapat diperbaiki. Ini dunia nyata, tak ada perputaran waktu dan kembali ke masa lalu.
Apa yang saya sesalkan?
Masa Terakhir SMA. Andai bisa, saya ingin mengulang dari awal. Apa mungkin saya bisa mengubahnya?
Dulu di sekolah saya ada 2 kelas jurusan IPA. Saat kelas XI, saya ada di IPA 1. Banyak anak baru yang saat kelas X tidak sekelas. Semua punya sifat berbeda. Ada yang baik, ada yang menjengkelkan, tapi semuanya bisa saya atasi. Bukan saya memerintah dan ditakuti, tapi saya bisa menempatkan diri di antara mereka.
Naik kelas XII, hal yang tidak saya duga terjadi. Ada rotasi siswa dan saya termasuk di dalamnya. Saya pindah ke kelas IPA 2. Meski bukan orang baru, tapi saya sangat asing dengan suasanya. Ada banyak jarak antar siswa yang cukup nyata pun dengan beberapa gurunya yang terlihat pilih kasih.
Saat ada semacam lomba kelas, kekompakan tak ada, hanya mengandalkan 1-2 orang saja. Saat itu saya rindu orang-orang dari kelas yang dulu. Ketika kelas saya sunyi, kelas sebelah tampak lebih semangat walau saat itu dapat hukuman. Mereka sungguh aneh dan saya suka jadi bagian dari mereka!
Hal itu sangat memengaruhi banyak hal dalam diri saya. Saya tidak terlalu semangat belajar karena tak ada persaingan. Nilai saya banyak yang turun padahal sudah kelas XII dan mau lulus. Saya kacau, sangat! Saya tak punya target apa-apa. Saya hanya ingin lulus, belajar seadanya. Dan semua terjadi seperti itu.
Kini saya menyesal. Selepas sekolah harusnya dengan teman bisa saling berhubungan. Tapi anak-anak dari IPA 2 tidak. Mereka hanya berhubungan dengan gengnya dan saya tidak termasuk di antaranya. Saya mungkin bukan apa-apa bagi mereka dan saya memang tak bisa masuk di dalam dunia glamornya.
Andai saya bisa legowo, menerima keadaan bahwa saya punya teman, guru dan kelas baru. Tak masalah jika saya tak jadi bagian dari mereka. Saya ingin tetap jadi saya dan harusnya mereka tidak memengaruhi semangat belajar saya.
Andai saya lebih giat dalam belajar dan tak menyiakan waktu. Tak apa jika hasilnya sama saja dan saya tetap belum kuliah. Yang penting saya sudah berusaha keras sesuai kemampuan saya. Andai....
Saya tidak bisa mengulang itu semua. Tapi saya selalu berusaha keras untuk beradaptasi dengan tempat dan di mana saya berada. Saya tak ingin apa yang saya rasakan di Akhir SMA terulang lagi. Itu saja.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
Tidak ada komentar