Bismillaahirrahmaanirrahiim....
Lebaran sebentar lagi. Mudik, Yes or No?
Sejak adanya Covid-19, jauh-jauh hari larangan bepergian, di rumah saja sudah digaungkan sebagai wujud tindakan preventif pemutusan rantai penularan Corona. Puasa di masa pandemi jadi hal yang berbeda. Akhirnya Pemerintah memberikan larangan untuk mudik padahal lebaran ya identik dengan pulang kampung.
Awalnya ada semacam ambigu karena dibilang mudik itu tidak sama dengan pulang kampung. Kalau saya melihatnya, mudik jika kamu pergi ke kampung lalu kembali. Sementara pulang kampung ya pulang selamanya karena di kota sudah tidak ada pekerjaan akibat pemutusan hubungan kerja dan lainnya. Kalau bahasanya anak Pesantren ya 'Boyong'.
Lalu bagaimana dengan saya?
Karena tinggal di desa, saya tak ada agenda untuk mudik. Berbeda dengan Kakak Perempuan saya yang akhirnya memilih tidak mudik di lebaran tahun ini. Jauh saat Ramadan masih beberapa hari, lewat video call Kakak menyampaikan bahwa mereka sekeluarga mungkin tidak mudik. Daerah Kakak saya itu Pantura dan lumayan dijaga ketat. Kalau nekat pulang, mungkin akan diminta kembali oleh petugas. Apalagi kita tidak tahu bagaimana keadaan di jalan.
Meski tidak mudik, sekarang ada teknologi yang membantu seperti video call. Jadi kami masih bisa saling bertukar kabar. Bahkan Keponakan saya lumayan sering chatting dan saling berbagi lihat menu buka puasa. Meski banyak yang dirindukan saat lebaran, kita harus kuat dan bekerja sama membantu Pemerintah melawan Corona.
Di luar sana banyak yang tidak seberuntung kami. Ada yang harus berjuang merawat pasien dan bahkan jadi pasien. Jadi kita lakukan pencegahan semampu kita. Jangan egois hanya karena kita bisa atau sudah memberikan bantuan. Itu tidak ada hubungannya sama sekali.
Semoga Pandemi ini segera berakhir dan mari kita bertemu dengan New normal life. Tetap jaga kesehatan juga kebersihan buat semua!
Tidak ada komentar