Perempuan Unik

Cerita Lain Aku dan Kamu

Diberdayakan oleh Blogger.

Menu Sahur Zaman Sekolah

Sahur di bulan Ramadan adalah sunah yang sangat dianjurkan. Namun banyak dari kita agak malas untuk bangun sahur. Lalu apa Menu Sahur Praktis agar bisa menggugah selera?

Setelah bercerita tentang Menu Buka Puasa Praktis Zaman Sekolah, kali ini saya akan ngomongin soal menu sahurnya. Saya akan mengambil 2 bagian karena saya mengaji di 2 tempat berbeda.

Menu Sahur Praktis pertama adalah saat masa MTsN. Di tempat ngaji ini, mau makan harus beli. Jadi sahur pun begitu. Saya belinya bersamaan dengan menu untuk buka puasa. Jadi memang tak ada makanan atau minuman hangat saat sahur.

menu sahur praktis ala anak jauh dari rumah

Menu sahur kala itu harus bersifat kering. Jadi, Tempe goreng adalah menu utama dan hampir setiap hari. Kadang memang minta tolong untuk dibelikan nasi kucing agar dapat lauk yang berbeda seperti ayam atau telur. Namun itu jarang sekali, tergantung kondisi keuangan juga.

Sedih enggak sih makan seperti itu?

Tidak juga karena semua orang di tempat ngaji melakukan hal yang sama. Sahur bersama dengan makanan dingin adalah hal biasa. Sebenarnya kadang ada Teman yang masak mie instan dengan teko listrik untuk sahur. Kalau saya pribadi lebih nyaman makan nasi. Ya dinikmati saja sebagai bagian dari tirakat saat itu.

Menu Sahur Praktis kedua adalah saat saya MAN. Waktu kelas sebelas, saya ngaji di tempat berbeda. Jika dulu mau makan harus beli, maka di tempat tersebut saya harus masak. Untungnya bukan saya sendiri karena ada beberapa Teman lain. Kami masak saat sore. Biasanya untuk berbuka, kami dapat nasi bungkus. Untuk sahurnya, ya masakan sore itu.

Sebenarnya menu yang saya makan saat itu tidak jauh berbeda. Masih tetap tempe, tapi bisanya ditambah sayur. Kadang kacang panjang, kol, atau pepaya muda. Semua serba tumis.

Menu sahur saat sekolah itu betulan praktis dan apa adanya. Saat itu saya bisa bertahan, tak ada tangis atau sedih. Kayanya rasanya nikmat saja sih. Lalu, otak pun masih bisa buat mikir. Padahal kalau dilihat dari gizinya, itu sangat kurang.

Tak ada yang salah. Itu bagian dari kehidupan sehingga membuat saya lebih banyak bersyukur dan tidak membuang-buang makanan. Bukan begitu?

Tidak ada komentar