Kamu ingin meninggalkan sesuatu? Apa itu?
Kenangan tentang Dia #Halah! Masuk tanggal 16 April saat Mengikuti Challenge #BPNRamadan2022 mengambil tema, Curhat Hari Ini. What happen today?
Saya mau bercerita tentang keputusan saya untuk menepi. Dari apa? Dari lingkungan, mungkin. Mendadak jadi anti sosial? Oh tidak begitu.
Jadi beberapa waktu terakhir, saya ikut ngaji dan arisan. Ketika ada putaran baru, saya ditunjuk sebagai Bendahara, tugas yang cukup bahaya karena berhubungan dengan uang. Jika khilaf, uang bisa saya korupsi. Alhamdulillah saya amanah kok. Jadi aman saja.
Di putaran tahun ini, saya memilih tidak mengikuti ngaji, tapi tetap nitip ikut arisan dengan nama Mbak. Saya mau menepi, tak ingin jadi pengurus lagi. Tak ada alasan khusus. Malas saja sepertinya.
Kali kedua, saya juga menepi dalam mengurus iuran khataman ngaji di mushola. Biasanya saat malam 27 Ramadan, ada penutupan tadarus. Ibu-ibu diminta iuran untuk dibelikan jajan atau nasi. Sebelumnya Mbak saya yang dimintai tolong. Setelah Mbak ada anak bayi, tugas itu menurun ke saya.
Ketika waktu mulai pengumpulan iuran, kebetulan saya sedang menstruasi. Jadi otomatis saya tidak ke mushola. Pekerjaan juga alhamdulillah sedang penuh. Jadi saat diminta keliling rumah jamaah untuk menarik iuran, saya tidak menyanggupinya.
Sebenarnya alasan lain soal menepi ini adalah agar orang yang dekat mushola mau ikut sibuk. Pernah ada slentingan soal mushola yang diakui milik pribadi, bukan masyarakat. Jadi banyak yang kesal. Dulu lebih parah. Sekarang tidak mau tahu. Kalau saya bisa bantu ya dibantu, tapi tidak ingin diandalkan juga di sana.
Menepi ini semacam say goodbye karena mushola di RT saya tengah dibangun. Kemungkinan tahun depan sudah bisa digunakan untuk ibadah. Saya sendiri maunya beribadah di tempat yang nyaman. Kalau di RT sendiri sudah ada, kan kudu diramaikan juga.
Curhat hari ini dari saya sepertinya itu saja. Tidak ada yang istimewa. Oh iya, kalau pun nanti berada di tempat baru, saya berusaha lebih santuy dan tidak mau menonjol. Saya hanya ingin jadi biasa, hidup aman dan damai. Namun ya tidak tahu juga karena hidup di masyarakat itu sangat tidak bisa diprediksi. Bukan begitu?
Tidak ada komentar